Saturday, May 17, 2014

Godta Vercetti: "Sekarang Bagaimana Saya Keluar?"

Sebenarnya saya ketakutan di dalam gua yang kemarin saya lalui, beruntung di ujung lorong gelap ada cahaya sehingga saya terhindar dari ketakutan saya.

Lama saya tidak bercerita. Saya keluar gua bertemu hutan dan saya berjalan. Tetapi setelah mengelilingi seluruh daratan saya sadar, saya tak tahu di mana saya berada. Saya terus berjalan hingga menemui pesisir pantai. Lalu saya coba jelajahi dataran asing ini setiap hari untuk menemukan sesuatu yang menarik. Perjalanan panjang menyadari saya bahwa gua yang saya lalui saat itu membawa saya kepada pulau yang cukup besar belum terjamah dan indah dipandang. Yang lebih menarik, pulau ini terdapat beberapa hologram interaktif yang bisa saya ajak bicara. Tetapi hologram tetaplah sebuah hologram, mereka diam tak bergerak hanya bisa berbicara. Ya, di pulau ini saya sendirian dan hanya ditemani hologram.

Hari demi hari saya mencoba beradaptasi dengan tempat ini. Hologram membantu saya memenuhi kebutuhan interaksi. Mereka ramah, mereka berusaha sebisa mungkin menjawab pertanyaan saya. Tetapi mereka tidak tahu apa - apa. Adapun perbincangan antara saya dan sebuah hologram seperti satu arah. Saya bertanya, lalu mereka menjawab seramah mungkin. Dan ketika saya bercerita, mereka hanya berusaha tersenyum semanis mungkin sambil menambahkan beberapa kalimat yang menegaskan bahwa mereka mendengar cerita saya. Ketika saya bertanya kepada mereka, "Apa ada yang bisa kau ceritakan?" Mereka menjawab sambil tersenyum manis, "Kami tak punya cerita, kami bahkan tidak hidup, kami hanya sesuatu yang bisa bicara dan mendengarkan." Situasi ini berujung pada kondisi saya yang semakin hari semakin jenuh. 

Tak ada cara lain, saya harus keluar dari pulau ini. Sekedar reka ulang, awal saya berada di gua, saya dalam keadaan tertidur hingga mata pedang yang jatuh di jidat saya  membuat saya terbangun dan bereaksi "Hmm, saya berada di kegelapan."

Terlintas saya berpikir bahwa saya harus kembali ke gua yang saya lalui. Namun muncul pertanyaan "Apakah dengan kembali ke gua tersebut akan mengembalikan saya ke tempat di mana saya seharusnya berada? saya bahkan tidak tahu bagaimana saya bisa berada di dalam gua itu."

Pilihan lain, saya pergi dari tempat ini dengan perjalanan melalui lautan menuju sebuah tempat baru dengan harapan saya bisa melanjutkan hidup yang lebih bergairah. Ke Lost Vestize? saya tidak tahu apakah saya bisa kembali ke sana.

Berpikir untuk menjadikan pulau ini rumah saya juga tidak mungkin. Sejak berada di gua hingga tersesat di pulau ini rasanya saya sulit menghadapi ketakutan saya di sini. Di sini, apa saja yang saya takuti akan selalu menang. Sederhananya, bagaimana saya bisa memenangkan jiwa saya agar bisa menjadikan pulau seperti ini menjadi tempat hidup saya yang nyaman? tentu saja saya pesimis. Di pulau ini saya hanyalah pecundang bagi diri saya sendiri. Saya bisa gila jika harus selamanya di sini.

Sambil menghibur diri dengan kata - kata mutiara yang pernah saya dengar "Dalam mencari sesuatu yang hilang, kita memang harus tersesat." Walau hati yang lain dengan dongkol menambahkan "Brengsek, jika seperti ini kondisinya, saya terjebak dan tersesat." Tak ada kelinci, tak ada rajawali. Intinya tak ada yang bisa saya tumpangi untuk pergi. Jika jalan satu - satunya adalah lautan artinya perahu adalah jawabannya.

Pikiran saya berputar tentang bagaimana membuat perahu. Tak butuh waktu lama untuk berpikir. Di gua saya pernah menemukan pedang untuk mengalahkan tengkorak berjalan. Sebenarnya tidak hanya itu, saya bahkan pernah melihat perkakas berat lainnya seperti kapak, martil, gergaji, lengkap dengan paku dan kawat yang jumlahnya saya rasa banyak di dalam gua itu, "Gua yang aneh." Sambil menarik nafas panjang, satu - satunya pilihan adalah kembali ke gua tersebut, mencari perkakas yang saya butuhkan.

Sekarang saya di dalam gua. Gelap namun saya masih bisa melihat. Tak perlu khawatir, saya sedang persiapan untuk tempat baru yang akan saya temui setelah saya mengarungi lautan. Mungkin nanti saya bisa menemukan jalan untuk kembali ke tempat asal. Tetapi dibalik impian untuk segera pergi, saya harus melakukan tugas pertama saya. Membuat perahu.

No comments:

Post a Comment