Thursday, October 4, 2012

Manusia: Proses Pencarian Kebahagiaan Tanpa Batas

Oleh: Muthahhari

Hampir setiap manusia akan bingung ketika bertanya pada dirinya sendiri "siapa aku?". Kali ini saya tidak akan membicarakan tentang baik buruk atau sesuatu yang bersifat justifikasi.Tulisan ini hanyalah intrepretasi yang barangkali dianalisis secara asal - asalan.

Apa yang dilakukan manusia sejak lahir hingga mati hanyalah sebuah pencarian jati diri. Mungkin sekarang manusia bisa mengatakan dirinya adalah hasil dari pengalamannya di masa lalu. Tapi selagi masih hidup, manusia akan menemukan pengalaman - pengalaman baru yang semakin meng-utuhkan jati dirinya. Dan dari pengalaman - pengalamannya, manusia akan menentukan tujuan hidupnya.

Dalam upayanya mencari tujuan dan jati diri, manusia terdiri dari organ dan hati. Indera, rasa, cita, cipta, karsa, simpati, empati dan lain - lain merupakan sesuatu yang melekat kekal hingga mati selagi jiwa manusia berada dalam keadaan sadar. Prosesnya, upaya mencari jati diri tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Misalnya saja pengalaman. Pengalaman datangnya dari sesuatu yang telah dialami manusia. Dan dapat dipastikan hal tersebut berasal dari luar diri manusia. Dari pengalaman yang ada, selanjutnya manusia akan menentukan tujuan yang sudah tentu membutuhkan faktor di luar dari manusia itu sendiri. Sebut saja benda ataupun manusia lain yang sudah tentu memegang peranan dalam proses pembentukan pengalaman manusia. Bahkan dalam kesendirian pun manusia membutuhkan tubuhnya untuk menemani jiwanya, manusia akan selalu membutuhkan hal lain.

Tujuan manusia tidak akan terlepas dari upaya menyempurnakan diri. Dalam hal ini saya menganggap bahwa ketika manusia bahagia maka manusia merasa sempurna. Maksud lainnya adalah bagaimana manusia dapat mencapai harapannya (yang membuat dirinya merasa sempurna). Kendalanya, manusia tidak dapat mendatangkan kesempurnaan itu jika hanya mengandalkan dirinya sendiri. Ia tentu akan terus menerus membutuhkan faktor lain di luar dirinya. 

Di dunia, manusia disediakan banyak hal agar dirinya bahagia, terlebih diberikan fantasi dan juga cita - cita untuk kebahagiaannya. Sebut saja pekerjaan, penghasilan, rumah, video game, televisi, musik, talenta, teman, kekasih adalah sesuatu. yang dewasa ini dikejar oleh setiap manusia.  Selanjutnya manusia berjuang mendapatkan kebahagiaan itu dengan berusaha mendapatkan sesuatu yang dapat membahagiakan dirinya.  Dalam upaya mencari pekerjaan, manusia mempelajari hal - hal tertentu untuk memenuhi skill yang dibutuhkan dalam pekerjaan yang dicita - citakan. Untuk membeli dan menikmati video game, manusia menabung. Untuk mendapatkan teman manusia akan berteman. Untuk mendapatkan kekasih manusia akan mencari

Tapi pada akhirnya sesuatu yang membahagiakan itu semu. Ketika manusia bermain video game awalnya terasa menyenangkan, namun seiring berjalannya waktu, jika dilakukan terus menerus video game merupakan sesuatu yang membosankan. Terlebih, bisa saja video game itu rusak. Lalu manusia akan mencari kebahagiaan yang lain melalui fantasinya yang diupayakan menjadi sesuatu yang nyata. Menemukan kekasih. Awalnya kekasih merupakan hal yang menyenangkan dimana kesempurnaan diri manusia merasa disempurnakan oleh keberadaan kekasih. Tetapi seiring berjalannya waktu, manusia sadar, bahwa kekasih hanyalah manusia dan terkadang sebagai manusia yang tentu tidak sempurna, dan merasa manusia tidak bisa menyempurnakan kekasihnya lagi. Dan akan begitu seterusnya, manusia akan mencari kebahagiaan melalui sesuatu yang berada di luar dirinya. Ia akan menikmati fantasi yang dicita-citakan, lalu menjadi kenyataan yang pada akhirnya berujung membosankan karena dianggap tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan fantasi. Lalu manusia akan terus berupaya mencari surga (tempat yang menyediakan kesempurnaan) dalam bentuk surga yang bermacam - macam. Dan proses pencarian surga akan dilakukan tanpa batas. Sementara yang menjaga manusia agar tindakannya terjaga hanyalah norma - norma dan nilai - nilai yang diciptakan untuk keharmonisan hubungan manusia.

Dunia ini tercipta berisi kebahagiaan yang tanpa batas, dimana kebahagiaan itu bisa didapatkan dengan pengaruh pengalaman. Tapi yang perlu diingat, dunia berbeda dengan surga. Artinya dunia juga berisi penderitaan tanpa batas. Dunia bukan tempat yang sekedar memberikan kebahagiaan. Dunia merupakan pisau bermata dua yang bisa menyenangkan bisa pula menyedihkan. Dalam kesedihan, manusia belajar untuk mencapai kebahagiaan. Dalam kebahagiaan manusia sadar bahwa apa yang dianggapnya membahagiakan belum tentu memberikan hal yang serupa. Inilah dunia yang penuh kebebasan, dimana manusia berhak memilih kebahagiaannya dan bertanggung jawab atas pilihannya. Bertanggung jawab atas norma dan etika. Bertanggung jawab atas dampak yang dihasilkan atas pilihannya. Dan akan terus seperti itu.

Sampai pada kematiannya, apa yang telah dipilih  dan ditanggung manusia selama hidup akan dinilai oleh manusia lainnya. Dan apa yang dipilih dan ditanggung ketika manusia hidup sampai mati, itulah jati diri manusia tahap final.




No comments:

Post a Comment